Memaksimalkan waktu

Betapa sayangnya rasululah saw kepada umatnya hingga beliau menasihati uamatnya supaya umatnya memaksimalkan waktunya.Ibnu daqiq al-I’d menjelaskan dengan sangat rinci : “manfaatkan waktu hidupmu sebelum matimu”mengingatkan agar kita bisa memanfaatkan hidup kita selagi kita masih hidup di dunia.karena barang siapa mati, maka segala amalnya akan terputus begitu juga dengan angan-anganya akan hilang pula. Bahkan akan muncul penyesalan yang sangat karena kelengahannya meninngggalkan kebaikan.maka dari itu hendaklah kita menyadari bahwa kita akan menghadapi masa yang sangat panjang di alam kubur, sedangkan kita tidak mungkin bisa beramal dan juga beribadah kepada allah di alam kubur. Maka dari itu kita harus memanfaatkan masa hidup kita untuk berbuat kebajikan, mumpung kita masih hidup di dunia.
Detik-detik berganti dengan menit begitu juga menit berganti menjadi jam dan berganti jadi hari, dan hari pun berganti jadi bulan terus berganti jadi tahun. Mungkin kita sering mendengar lagu yang dinyanyaikan oleh grup band dewa. Tapi kita tidak merenungkan apa makna dari lirik itu. sudah berapa tahun waktu yang kita lewatkan di dunia ini? Tapi, kebaikan apakah yang sudah kita kerjakan? Apakah sesuai dengan waktu yang telah kita lewatkan? Kita lebih suka melewatkan hidup kita dengan dengan bermain dan melakukan perbuatan yang sia-sia. Kita lebih banyak melewatkan waktu yang sangat berharga hanya sekedar menuruti nafsu syahwat untuk menikmati musik,lagu,televisi,game,atau kesenangan lainnya.
seterusnya “manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu”adalah perintah kepada kita untuk memanfaatkan kesehatan kita dan berusaha dengan penuh kesungguhan selama masa itu, karena khawatir bertemu dengan masa sakit yang dapat merintangi usaha untuk beramal. Betapa murahnya untuk bisa hidup sehat. Dan betapa mahalnya apabila kita sakit. Coba kita tengok saudara-saudara kita yang sedang berada di rumah sakit (sakit) mereka hanya bisa terbaring di ranjang dan tidak dapat melakukan aktivitas sebagai mana biasanya. Belum mereka membayar biaya obat penginapan dan yang lainnya. Betapa beruntungnya kita sebagai orang yang sehat, nah apakah yang sudah kita kerjakan sebagai orang yang sehat?
Waktu luang adalah kenikmatan yang banyak di lalaikan orang. Rasa syukur pun jadi terlupakan. Dari Ibnu Abbas RA, bahwa rasulullah SAW bersabda “dua kenikmatan diantara nikmat-nikmat Allah yang allah yang kebanyakan manusia tertipu pada keduanya: kesehatan dan waktu luang”(HR AL-
Dengan sabdanya itu nabi Muhammad SAW ingin menjelaskan bahwa orang yang merugi seperti memiliki permata yang sangat indah dan mahal lalu ditukar dengan kotoran hewan yang tidak berharga.
Ibnu Baththal berkata, “Maksud hadis ini adalah seorang tak akan memiliki waktu senggang sampai ia berkecukupan secara ekonomi dan berbadan sehat. barang siapa memerolehnya (berkecukupan dan berbadan sehat), maka hendaklah ia bertekad agar tidak rugi. Dengan cara mensyukuri nikmat yang allah berikan kepadanya. Diantaranya adalah syukur kapada-nya adalah dengan menaati perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya. Barangsiapa meremehkan hal ini,sesungguhnya dialah orang yang merugi.
Ibnu Qayyim al-jauzi menuturkan, “terkadang ada orang yang memiliki badan sehat dan namun tak memiliki waktu luang karena pekerjaan. Terkadang ada orang kaya tapi sakit. Jika ada orang yang memiliki keduanya (badan sehat dan dan kekayaan yang cukup) lantas malas berbuat taat, maka dialah orang yang rugi.”sekarang kita tinggal memilih mana yang cocok buat kita, apakah kita termasuk orang yang merugi?
Karena dunia adalah ladang,tempat perniagaan yang keberuntungannya akan Nampak di akhirat kelak begitu juga dengan kerugiannya. Barangsiapa yang menggunakan waktu luang dan masa sehatnya untuk berbua taat kepada Allah, maka ia adalah orang yang bahagia di akhiranya. Tapi yang menggunakannya untuk berbuat maksiat dan menyekutukan Allah, dialah yang merugi di akhiratnya kelak. Karena waktu luang akan beriring dengan kesibukan, dan masa sehat akan beriring dengan sakit.
Ath-Thibi mengatakan, rasulullah telah membuat perumpamaan kaum mukallaf (orang yang telah di bebani syariat) dengan seorang pedagang yang memiliki modal. Ia ingin mencari untung dengan tetap menjaga keutuhan modalnya. Caranya ia memilih orang untuk di modali yang jujur agar tidak rugi.
Menurut Ibnu al-Munayyir, hubungan antara maksud hadis yang di riwayatkan oleh anas dengan hadis dari Ibnu Abbas di awal tulisan ini adalah banyaknya orang tertipu dengan kesehatan dan waktu luang, karena mereka lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada akhirat. Maka rasulullah ingin menunjukan bahwa kehidupan yang mereka geluti tidak ada artinya sedikit pun. Buat apa kita senang dan kaya kalau akhirnya kita sengsara di akhirat.
Mungkin kita sering melihat bahkan kita sendiri pernah berkata “ayo kita habiskan waktu untuk senang-senang mumpung kita masih muda” sedangkan para salafush-shalih sangat tamak pada menit, bahkan detik di setiap waktu untuk berbuat kebaikan. Mereka juga saling menasehati dalam urusan itu.
Kesehatan adalah mahkota bagi orang yang sehat. Nikmanya tidak akan di rasakan kecuali orang yang sakit. Demikian juga dengan waktu luang. Yang nilainya akan sangat tinggi yang hanya di sadari oleh orang yang sibuk.
Suatu ketika, jamaluddin al-Qasimi berjalan kaki bersama teman-temannya dan melewati sebuah kedai kopi yang di penuhi oleh pengunjung yang sedang bermain. Al-Qasimi diam sejenak, lalu ia ditanya temannya mengapa ia diam. Al-Qasimi menjawab “Andai mereka mau menjual waktu meraka kepadaku, aku pasti akan membelinya”.betapa pentingnya waktu bagi beliau.
Maka dari itu, mari kita manfaatkan kesehatan kita untuk mengerjakan hal-hal yang baik dan positif sebelum Allah memberikan ujian kepada kita dengan sedikit sakit yang akan menghalangi kita untuk berbuat kebaikan.dan juga kita isi waktu luang kita dengan amalan-amalan shaleh yang berguna bagi diri kita. Sebab disaat kita sibuk, kita akan berharap bisa mempunyai waktu luang untuk membaca buku, menghadiri pengajian, aau kumpul sama sanak family api tidak mendapatkannya. Kitapun akan menyesali waktu-waktu yang telah kita sia-siakan dulunya.
Allah telah memberikan waktu kepada kita dengan sangat singkat, terbatas dan tak mungkin terulang lagi. Allah memberi kita waktu hanya sampai batas tertentu. Bila di dunia barat ada ungkapan “time is money” (waktu adalah uang) maka di dalam islam ada ungkapan al-waqtu lil-‘ibadah (waktu adalah untuk pengabdian) kepada allah.
Membiarkan waktu sia-sia, berlalu tanpa makna, akan membuat hidup menjadi hampa,dosa, dan hina. Kegagalan dan kesengsaraan hidup akan di rasakan. Allah memebenci sifat laghw (kesia-siaan) dalam hidup akibat enggan memergunakan waktu dengan baik. Allah membeci sikap malas dan lalai. karena Allah befirman dalam surat al-‘Ashr “demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang –orang yang beriman mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.(QS al-‘Ashr /103:1-3)
Ketahuilah, jika kita sudah memanfaatkan waktu sehat dan luang untuk taat kepada Allah, lalu kita sakit atau melakukan perjalanan jauh, maka akan di tuliskan pahala bagi kita seeperti pahala amalan yang kita lakukan ketika sehat dan memiliki luang waktu.
Inilah diantara nasihat yang sangat berharga dari Rasulullah saw kepada umatnya. Jika kita merasa umatnya dan ingin selamat dan beruntung di dunia maupun akhirat, hendaklah mendengar dan berusaha untuk melaksanakannya.zen
Rusunawa, 6 juni 2010 (habis dzuhur)